Minggu, 04 Juli 2010

Produk Jagung Hibrida PT BISI


BISI® 2


  • Pertumbuhan tanamannya tegak, seragam dan tahan roboh.
  • Toleran terhadap serangan penyakit bulai, karat daun dan bercak daun.
  • Dapat menghasilkan 2 tongkol yang sama besarnya.
  • Jarak tanam dan pemupukan yang tidak sesuai anjuran akan mempengaruhi keluarnya 2 tongkol.
  • Rendemennya sangat tinggi yaitu 83 %, karena mempunyai ukuran janggel kecil, dengan ukuran tongkol besar dan silindris.
  • Tongkol jagung tertutup rapat, sehingga busuk buah berkurang.
  • Potensi hasil rata-rata 9 - 13 ton pipil kering per hektar.
  • Dapat dipanen pada umur ± 103 hari setelah tanam.
  • Populasi tanaman sekitar 62.000 per ha.
  • Kebutuhan benih ± 15 kg/ha. 
  •  
  •  BISI® 7



    • Tanaman tegak dan kokoh
    • Daun erect, lebih efisien dalam pemanfaatan cahaya matahari
    • Tongkol besar dan terisi penuh
    • Potensi hasil 10,4 ton/ha pipil kering
    • Tahan penyakit bulai, karat daun
    • Umur panen ± 97 hari setelah tanam.
    •  
    • BISI® 8



      • Pertumbuhan tanaman kuat dan seragam.
      • Toleran terhadap serangan penyakit bulai, karat daun dan bercak daun.
      • Dapat dipanen mulai umur ± 97 hari setelah pindah tanam.
      • Produksi rata-rata 8 ton dengan potensi hasil mencapai 11 ton pipil kering tiap hektar.
      •  
      •  
      • F1 BISI® 9



      • Pertumbuhan tanaman kokoh dan seragam.
      • Toleran terhadap serangan penyakit bulai, karat daun dan bercak daun.
      • Dapat dipanen mulai umur ± 99 hari setelah pindah tanam.
      • Produksi rata-rata 7,7 ton dengan potensi hasil mencapai 12,6 ton pipil kering tiap hektar.
      • BISI® 10



        • Pertumbuhan tanaman kokoh dan seragam.
        • Toleran terhadap serangan penyakit bulai, karat daun dan bercak daun.
        • Dapat dipanen mulai umur ± 100 hari setelah pindah tanam.
        • Potensi hasil mencapai ± 11,8 ton pipil kering tiap hektar.

Kamis, 01 Juli 2010

Budidaya Bawang Merah

Bawang merah (Allium cepa) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Agar sukses budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang menyebabkan produksi menurun. Memperhatikan hal tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu penyelesaian permasalahan tersebut. Salah satunya dengan peningkatan produksi bawang merah secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K - 3 ), sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era perdagangan bebas.

A. PRA TANAM
1. Syarat Tumbuh
Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70 %, suhu 25-320 C

2. Pengolahan Tanah
Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2
Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm
Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.
Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan. '

3. Pupuk Dasar
Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah.
Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.

Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 10 botol/1000 m2 dengan cara :
- alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan Super Nasa untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
Biarkan selama 5 - 7 hari

4. Pemilihan Bibit
- Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.
- Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)
- Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)

B. FASE TANAM
1. Jarak Tanam
Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron

2. Cara Tanam
Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air )
Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA
Simpan selama 2 hari sebelum tanam
Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.

C. AWAL PERTUMBUHAN ( 0 - 10 HST )
1. Pengamatan Hama
Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas.

Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan VIREXI.

Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA.
Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO.

2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang

Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut melem).

3. Pemupukan pemeliharaan/susulan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.

Pemupukan dilakukan 2 kali
( dosis per 1000 m2 ) :
- 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
- 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya.
Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.

4. Pengairan
Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %
Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah
Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman

D. FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST )
1. Pengamatan Hama dan Penyakit
Hama Ulat bawang, S. litura dan S. exigua
Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan BVR atau PESTONA.

Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan penebaran GLIO.

Penyakit Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan GLIO

Penyakit oleh virus.
- Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.

Busuk umbi oleh bakteri.
- Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.
- Busuk umbi/ leher batang oleh jamur.
- Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase).
- Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan. PESTISIDA Kimia digunakan sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.

2. Pengelolaan Tanaman
- Penyiangan kedua dilakukan pada umur
30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.

- Penyemprotan POC NASA dengan dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki (dicampurkan dengan NASA).
- Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.

E. PEMBENTUKAN UMBI ( 36 - 50HST )
Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.

F. PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 HST )
Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.

G. PANEN DAN PACA PANEN
1. Panen
> 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 - 90 hari.
> Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
> Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)

2. Pasca Panen
- Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.
- Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.

Produk Padi Hibrida PT BISI


INTANI® 1

Golongan
Umur Tanaman
Bentuk Tanaman
Tinggi Tanaman
Anakan Produktif
Posisi Daun Bendera
Jumlah Gabah per Malai
Seed Set
Bentuk Gabah
Bobot per 1000 butir Gabah
Tekstur Nasi
Aroma Nasi
Kadar Amilosa
Rata-rata Hasil
Potensi Hasil
Cere
115 hari
Tegak
95.5 cm
14 batang
Tegak
207 butir
76,42%
Silinder
23,6 gram
Pulen
Sedang
25,57
8,5 ton/ha
11,1 ton/ha
SK MENTERI No. 645/Kpts/TP.240/12/2001


F1 INTANI® 2



  • Potensi hasil : 9,9 ton/ha gabah kering giling.
  • Rata-rata hasil 8,4 ton/ha.
  • Umur panen 108-116 hari setelah semai.
  • Tekstur nasi : pulen, wangi (aromatik).
  • Tinggi tanaman ± 96 cm.

Hama Penyakit Tanaman Padi

HamaPenggerek batang padi 
- stem borer
Wereng coklat - brown planthopper
Wereng hijau - green leafhopper
Kepinding tanah - black bug
Walang sangit - rice bug
Tikus - rat
Ganjur - gall midge
Hama putih palsu - leaffolder
Hama putih - caseworm
Ulat tentara/grayak - armyworm
Ulat tanduk hijau - green horned caterpillar
Ulat jengkal-palsu hijau - green semilooper
Orong-orong - mole cricket
Lalat bibit - rice whorl maggot
Keong mas - golden apple snail

Burung - bird
Penyakit
Hawar daun bakteri - bacterial leaf blight
Bakteri daun bergaris - bacterial leaf streak
Blas - blast
Hawar pelepah daun - sheath blight
Busuk batang - stem rot
Busuk pelepah daun bendera - sheath rot
Bercak coklat - brown spot
Bercak Cercospora - narrow brown leaf spot
Hawar daun jingga - red stripe
Tungro - tungro
Kerdil rumput - grassy stunt
Kerdil hampa - ragged stunt
Hara
Kahat nitrogen - nitrogen deficiency
Kahat fosfor - phosphorus deficiency
Kahat kalium - potassium deficiency
Kahat belerang - sulfur deficiency
Kahat seng - zinc deficiency
Keracunan besi - iron toxicity
Kerja sama
• Puslitbang Tanaman Pangan • BPTP SUMUT • BPTP Riau
• BPTP Lampung • BPTP DKI • BPTP DIY • BPTP SULTRA
• BPTP KALBAR • IRRI
hama
penyakit
hara
pada padi
masalah lapang

Nama-nama Pestisida

PENGGOLONGAN JENIS DAN BAHAN AKTIF PESTISIDA YANG TERSEDIA
AKARISIDA
BAHAN AKTIF NAMA
Propargit Omite 570 EC
Dikofol Kelthane 200 EC
Tetradifon Tedion 75 EC
Piridaben Samite 135 EC

BAKTERISIDA
BAHAN AKTIF NAMA
Streptomisin sulfat Agrept 20 WP
Plantomycin 7 SP
Bactomycin 15/5 WP
Oksitetrasiklin Bactocyn 150 AL



FUNGISIDA
Tembaga hidroksida Cobox
Funguran 80 WP
Kocide 77
Tembaga oksiklorida Cupravit
Tembaga oksi sulfat Kuproxat 345 F
Belerang Belvo
Kumulus 80 WDG
Metalaksil Rampart 25 WP
Saromyl 35 SD
Starmyl 25 WP
Validamisin A Validacin 3 AS
Benomil Benlok 50 WP
Benstar 50 WP
Masalgin 50 WP
Karbendazim Delsene MX 80 WP
Metil tiofanat Topsin M 70 WP
Iprodion Rovral 50 WP
Iminoktadin tris Belkute 40 WP
Epoksikonazol Opus 75 EC
Maneb Detanneb 80 WP
Phycozan 70 WP
Pilaram 80 WP
Promaneb 80 WP
Metiram Polycom 80 WP
Tiram Tiflo 80 WP
Ziram Ziflo 90 WP
Mankozeb Actozeb 80 WP
Amcozeb 80 WP
Antila 80 WP
Bazoka 80 WP
Detazeb 80 WP
Dithane M-45
Polaram 80 WP



Fenamidon Pitora 10/50 WG
Klorotalonil Daconil 500 F
Daconil 75 WP
Octanil 75 WP
Wendry 75 WP
Propamokarb- Previcur-N
Hidroklorida
Propineb Antracol 70 WP
Aurora 70 WP
Supracol 70 WP
Iprovalikarb Melody Duo 66,8 WP
Dimetomorf Acrobat 50 WP
Asibenzolar-s-metil Bion-M 1/48 WP
Bupirimat Nimrod 250 EC
Fenarimol Rubigan 120 EC
Azoksistrobin Amistar top 325 SC
Mefenoksam Ridomil Gold MZ 4/64 WG
Ridomil Gold 350 ES
Fenbukonazol Indar 240 F
Heksakonazol Anvil 50 SC
Danvil 50 SC
Heksa 50 SC
Propikonazol Golex 250 EC
Tebukonazol Folicur 250 EC
Folicur 25 WP
Triadimefon Bayleton 250 EC
Clinten 250 EC
Flusilazol Nustar 400 EC
Asam fosfit Folirfos 400 AS
Difekonazol Amistartop 325 SC
Score 250 EC
Simoksanil Curzate 8/64 WP
Curci 10 WP
Victory Mix 8/64 WP
Dazomet Basamid G
Tricoderma Anfush



HERBISIDA
BAHAN AKTIF NAMA
Parakuat diklorida Bravoxone 276 SL
Gramoxone
Kingquat 280 SL
Noxone 297 AS
Oksifluorfen Goal 2 EC
Gol-ok 2 EC
Kalium MCPA Agroxone 4
Rambasan 400 AC
2.4-D dimetil amina Indamin 720 HC
Iso propil amina glifosat Amiphosate 480 SL
Basmilang 480 AS
Bionasa 480 AS
Bio Up 490 SL
Indofos 480 AS
Konup 480 SL
Proris 240 AS
Penta up-z
Rambo 480 AS
Crash 480 AS
Roll-up 480 SL
Roundup 486 AS
Sandoup 480 SL
Sidafos 480 AS
Mono ammonium glifosat Bionasa 75 WSG
Metil metsulfuron Ally 20 WDG
Allyplus 77 WP
Metafuron 20 WDG
Triasulfuron Logran 20 WG



INSEKTISIDA
Emamektin benzoate Proclaim 5 SG
Prothol 10 EC
Abamectin Agrimec 18 EC
Aspire
Bamex 18 EC
Calebtin 18 EC
Demolish 18 EC
Kiliri 20 EC
Promectin 18 EC
Wito 4 EC
Fipronil Regent 0.3 G
Regent 50 SC
BPMC (fenobukarb) Baycarb 500 EC
Benhur 500 EC
Dharmabas 500 EC
Emcindo 500 EC
Hopcin 50 EC
Karbasin 500 EC
Pentacarb 500 EC
Sidabas 500 EC
Karbaril Indovin 85 SP
Sandovin 85 WP
Sevin 85 S
Karbofuran Dharmafur 3 G
Furadan 3 G
Hidrafur 3 G
Petrofur 3 G
Primafur 3 G
Trufer 3 G
Karbosulfan Marshal 5 G
Marshal 25 ST
Marshal 200 EC
Marshal 200 SC
Merkaptodimetur Mesurol 50 WP
MIPC (isoprokarb) Ancin 50 WP
Mipcinta 50 WP
Kartap hidroklorida Kardan 50 SP
Padan 50 SP
Metomil Lannate 25 WP
Lannate 40 SP
Metindo 25 WP
Myltop 25 WP
Tiodikarb Larvin 75 WP
Dimehipo Bajaj 450 WSC
Dipho 290 AS
Manuver 400 WSC
Spontan 400 WSC
Vista 400 WSC
Imidakloprid Avidor 25 WP
Abuki 50 SL
Amirid
Caleb tsan 28 EC
Confidor 5 WP
Confidor 200 SL
Delouse 200 SL
Imidasal 10 WP
Imidor 50 SL
Neptune 25 WP
Winder 100 EC
Wingran 0,5 G
Asefat Dafat 75 SP
Lancer 75 SP
Orthene 75 SP
Dimetoat Danadim 400 EC
Dimacide 400 EC
Kanon 400 EC
Fention Lebaycid 400 EC
Formotion Elsan 60 EC
Triazofos Raydent 200 EC
Malation Fyfanon 440 EC
Profenofos Biocron

Curacron 500 EC
Callicron 500 EC
Detacron 500 EC
Pentacron 500 EC
Profile 430 EC
Rumba 500 EC
Tabard 500 EC
Karbosulfan Taurus 200 EC
Diazinon Diazinon 60 EC
Sidazinon 600 EC
Klorfenapir Rampage 100 EC
Rampage 100 SC
Poksim Catleya 500 EC
Fokker 500 EC
Destan 400 EC
Metidation Supracide 25 WP
Klorpiripos Basban 200 EC
Clobber 200 EC
Dursban 20 EC
Kresban 200 EC
Nurelle D 500/50 EC
Posban 200 EC
Alfa sipermetrin Amethyst 40 EC
Army
Bestox 50 EC
Cyborg 15 EC
Fastac 15 EC
Kejora 15 EC
Beta sipermetrin Beta 15 EC
Chix 25 EC
Beta siflutrin Buldok 25 EC
Raydock 28 EC
Bifentrin Talstar 25 EC
Deltametrin Delini 50EC
Decis 2,5 EC
Marcis 25 EC
Naichi 25 EC
Oscar 25 EC
Esfenvalerat Sumialpha 25 EC
Fenvalerat Fenkill 200 EC
Sidin 50 EC
Fenpropatrin Meothrin 50 EC
Permetrin Meriam 50 EC
Methrisida 100 EC
Pounce 20 EC
Pentatrin 20 EC
Prego 20 EC
Sipermetin Arrivo 30 EC
Arfo 30 EC
Astertrin 250 EC
Basma 200 EC
Bravo 50 EC
Crowen 113 EC
Cyrux 50 EC
Cypermax 100 EC
Exocet 50 EC
Hoky 30 EC
Merci 30 EC
Nurelle D 500/50 EC
Pelle 50 EC
Ripcord 5 EC
Rizotin 100 EC
Rizotin 40 WP
Sancord 50 EC
Sidamethrin 50 EC
Yasithrin 30 EC
Zeta sipermetrin Fury 50 EC
Asetamiprid Amsipilan 20 SP
Mospilan 30 EC
Gamma sihalotrin Proaxis 15 CS
Lamda sihalotrin Granat 25 EC
Hamador 25 EC
Matador 25 CS
Rolidor 25 EC
Trigon
Buprofezin Applaud 100 EC
Applaud 10 WP
Diafentiuron Pegasus 500 SC
Bensultap Bancol 50 WP
Siromazin Cyrrotex 75 SP
Trigard 75 WP
Guntur 75 WP
Tiametoksam Actara 25 WG
Diflubenzuron Solano 25 WP
Flufenoksuron Cascade 50 EC
Lufenuron Match 50 EC
Spinosad Tracer 120 SC
Bacillus thuringiensis Agrisal WP
Bactospeine WP
Dipel WP
Florbac FC
Thuricide HP
Turex WP
Metaldehida Siputox 5 G
Fentin asetat Debesttan 60 WP
Kadusapos Rugby 10 G
Brodifakum Klerat RM-B
Petrokum 0,005 RB
Kumatetralil Racumin

SURFAKTAN
Alkyl aril poliglikol eter Agristick 400 L
Citowett 105 AS
Minyak paraffin HVI 650 Tenac Sticker
Poli oksi etilen alkyl eter Besmor 200 AS
Nonil fenol poli glikol eter Sanvit 120 AS
Nonil fenol etoksietanol Multistick 400 AS
Alkyl aril polietoksi Dustik 210/210 E
alcohol, polietil akrilat
alkyl aril alkoksilat, Apsa 800 WSC
asam oleat
alkyl aril poliglikol ester Sellestol

ZAT PENGATUR TUMBUH
Etefon Ethrel 10 LS
Ethrel 2,5 LS
Prothepon 480 SL
Paklobutrazol Cultar 250 SC
Goldstar 250 EC
Asam gibbrellat Bigest 40 EC
Gibgro
Progibb 20 SL
Natrium orto nitrofenol Atonik 6,5 L
Natrium 5 nitroguaiakol Dekamon 22,43 L

Pestisida, jenis dan efek penggunaan

Pestisida adalah sebutan untuk semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi ham1a yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan serangga, jamur, bakteri, virus dan hama lainnya seperti tikus, bekicot, dan nematoda (cacing).Walaupun demikian, istilah pestisida tidak hanya dimaksudkan untuk racun pemberantas hama tanaman dan hasil pertanian, tetapi juga racun untuk memberantas binatang atau serangga dalam rumah, perkantoran atau gudang, serta zat pengatur tumbuh pada tumbuhan di luar pupuk.
Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan menurut beberapa hal berikut :
    A. Berdasarkan Fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida dibagi menjadi 6 jenis yaitu:
    • Insektisida
    • Fungisida
    • Bakterisida
    • Rodentisida
    • Nematisida
    • Herbisida
    B. Berdasarkan bahan aktifnya, pestisida dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
    • Pestisida Organik
    • Pestisida Elemen
    • Pestisida Kimia/Sintetis
    C.Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
    • Pestisida Sistemik
    • Pestisida Kontak Langsung

A. Berdasarkan Fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida dibagi menjadi 6 jenis yaitu:
1
Produk-produk pestisida
  • Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon,dll.
  • Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/ cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh : tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.
  • Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salahsatu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.
  • Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya. Contohnya : Warangan.
  • Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.
Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.
B.Berdasarkan bahan aktifnya, pestisida dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
  • Pestisida organik (Organic pesticide) : pestisida yang bahan aktifnya adalah bahan organik yang berasal dari bagian tanaman atau binatang, misal : neem oil yang berasal dari pohon mimba (neem).
  • Pestisida elemen (Elemental pesticide) : pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam seperti: sulfur.
  • Pestisida kimia/sintetis (Syntetic pesticide) : pestisida yang berasal dari campuran bahan-bahan kimia.
C.Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
  • Pestisida sistemik (Systemic Pesticide) :
    adalah pestisida yang diserap dan dialirkan keseluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari serangan hama.
    Contoh : Neem oil.
  • Pestisida kontak langsung (Contact pesticide) :
    adalah pestisida yang reaksinya akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun sedang berjalan. Jika hama sudah menyerang lebih baik menggunakan jenis pestisida ini.
    Contoh : Sebagian besar pestisida kimia.









gulma
Efek Penggunaan Pestisida

Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui pemupukan tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas dari serangan hama penyakit. Untuk pemberantasan hama tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai jenis zat kimia yang disebut dengan pestisida.. Namun penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Dampak negatif ini akan terus terjadi seandainya kita tidak hati-hati dalam memilih jenis dan cara penggunaannya. Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan pestisida diantaranya :
  • Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Bila seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka bayi yang disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang diberikan. Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi).

  • Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk ke dalam sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi pestisida yang tinggi dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya ikan dan udang. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi dalam tubuh ikan. Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut termakan oleh burung-burung atau manusia. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan coklat dan burung kasa dari daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata burung-burung tersebut banyak yang tercemar oleh pestisida organiklor yang menjadi penyebab rusaknya dinding telur burung itu sehingga gagal ketika dierami. Bila dibiarkan terus tentu saja perkembangbiakan burung itu akan terhenti, dan akhirnya jenis burung itu akan punah.

  • Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan terhadap takaran pestisida yang diterapkan. Hama ini baru musnah bila takaran pestisida diperbesar jumlahnya. Akibatnya, jelas akan mempercepat dan memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada mahluk hidup dan lingkungan kehidupan, tidak terkecuali manusia yang menjadi pelaku utamanya


Pestisida

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
 
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun".
Tergantung dari sasarannya, pestisida dapat berupa
Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena pestisida tersebut racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan. menurut depkes riau kejadian keracunan tidak bisa di tanggulangi lagi sebab para petani sebagian besar menggunakan pestisida kimia yang sangat buruk bagi kesehatan mereka lebih memilih pestisida kimia dari pada pestisida botani (buatan) kejadian keracunan pun sangat meningkat di provinsi tersebut. mMnurut data kesehatan pekan baru tahun 2007 ada 446 orang meninggal akibat keracunan pestisida setiap tahunnya dan sekitar 30% mengalami gejala keracunan saat menggunakan pestisida Karena petani kurang tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan penggunaan pestisida secara berlebihan, dan berdasarkan hasil penilitian Ir. La Ode Arief M. Rur.SC. dari Sumatera Barat tahun 2005 mengatakan penyebab keracunan pestisida di Riau akibat kurang pengetahuan petani dalam penggunaan pestisida secara efektif dan tidak menggunakan alat pelindung diri saat pemajanan pestisida,hasilnya dari 2300 responden yang peda dasarnya para petani hanya 20% petani yang menggunakan APD (alat pelindung diri), 60% patani tidak tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan mereka mengatakan setelah manggunakan pestisida timbul gejala pada tubuh ( mual,sakit tenggorokan, gatal - gatal, pandangan kabur, Dll.)dan sekitar 20% petani tersebut tidak tau sama sekali tentang bahaya pestisida terhadap kesehatan,begitu tutur Ir. La Ode Arief M. Rur.SC. beliau juga mengatakan semakin rendah tingkat pendidikan petani semakin besar risiko terpajan penyakit akibat pestisida. Oleh karena itu, adalah hal yang bijak jika kita melakukan usaha pencegahan sebelum pencemaran dan keracunan pestisida mengenai diri kita atau makhluk yang berguna lainnya. Usaha atau tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah :
  1. Ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida. Jangan sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati, sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar.
  2. Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan pabrik atau petugas penyuluh.
  3. Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan terlebih dahulu pada penyuluh.
  4. Jangan telat memberantas hama, bila penyuluh telah menganjurkan menggunakannya.
  5. Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama dan terkadang usia tanaman juga diperhatikan.
  6. Gunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan sampai tercecer.
  7. Pahami dengan baik cara pemakaian pestisida.