Rabu, 12 Agustus 2009

Tanaman jeruk

1.
SEJARAH SINGKAT

Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.
2.
JENIS TANAMAN

Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rutales
Keluarga
: Rutaceae
Genus
: Citrus
Species
: Citrus sp.
Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri atas jeruk Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yang terdiri atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix ABC).
Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan Grapefruit. Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan, bali, nipis dan purut.
3.
MANFAAT TANAMAN

1)
Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, dimana kandungan vitamin C yang tinggi.
2)
Di Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue.
3)
Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang mata.

4.
SENTRA PENANAMAN

Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi: Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara). Karena adanya serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration), beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi yang diperparah lagi oleh sistem monopoli tata niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi.
5.
SYARAT TUMBUH

5.1.
Iklim
1. Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin.
2.
Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
3.
Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20 derajat C.
4.
Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari.
5.
Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.

5.2.
Media Tanam
1. Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7- 27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.
2.
Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.
3.
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5– 6,5 dengan pH optimum 6.
4.
Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
5.
Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 30°.

5.3.
Ketinggian Tempat
Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran rendah
sampai tinggi tergantung pada spesies:
1.
Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl.
2.
Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.
3.
Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl.
4.
Jenis Siem: 1–700 m dpl.
5.
Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl.
6.
Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl.
7.
Jenis Purut: 1–400 m dpl.


6.
PEDOMAN BUDIDAYA

6.1.
Pembibitan
  1. Persyaratan Benih
    Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa penyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, mirip dengan induknya (true to type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memiliki sertifikasi penangkaran bibit.
  2. Penyiapan Benih
    Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya jeruk didapatkan dengan cara generatif dan vegetatif.
  3. Teknik Penyemaian Bibit
a)
Cara generatif
Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang.
Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30-4- cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5-1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m2.
Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1).
b)
Cara Vegetatif
Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange.


6.2.
Pengolahan Media Tanam
Tanaman jeruk ditanam di tegalan tanah sawah/di lahan berlereng. Jika ditanam di suatu bukit perlu dibuat sengkedan/teras. Lahan yang akan ditamani dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk dapat dilihat pada data berikut ini:
1) Keprok dan Siem
: jarak tanam 5 x 5 m
2) Manis
: jarak tanam 7 x 7 m
3) Sitrun (Citroen)
: jarak tanam 6 x 7 m
4) Nipis
: jarak tanam 4 x 4 m
5) Grape fruit
: jarak tanam 8 x 8 m
6) Besar
: jarak tanam (10-12) x (10-12) m

Lubang tanam hanya dibuat pada tanah yang belum diolah dan dibuat 2 minggu sebelum tanah. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas tanah (25 cm). Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dengan 20 kg pupuk kandang. Setelah penanaman tanah dikembalikan lagi ke tempat asalnya. Bedengan (guludan) berukuran 1 x 1 x 1 m hanya dibuat jika jeruk ditanam di tanah sawah.
6.3.
Teknik Penanaman
Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan:
1) Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan.
2) Pengurangan akar.
3) Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.
Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitarnya. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang.
Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.
6.4.
Pemeliharaan Tanaman
  1. Penyulaman
    Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.
  2. Penyiangan
    Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya, pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan.
  3. Pembubunan
    Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal akar sudah mulai terlihat.
  4. Pemangkasan
    Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak diinginkan. Dari tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya. Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam Klorox/alkohol. Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.
  5. Pemupukan
    Pemberian jenis pupuk dan dosis (gram/tanaman) setelah penanaman adalah sebagai berikut:
a) 1 bulan
:
Urea=100; ZA=200; TSP=25; ZK=100; Dolomit=20; P.kandang=20 kg/tan.
b) 2 bulan
:
Urea=200; ZA=400; TSP=50; ZK=200; Dolomit=40; P.kandang=40 kg/tan.
c) 3 bulan
:
Urea=300; ZA=600; TSP=75; ZK=300; Dolomit=60; P.kandang=60 kg/tan.
d) 4 bulan
:
Urea=400; ZA=800; TSP=100; ZK=400; Dolomit=80; P.kandang=80 kg/tan.
e) 5 bulan
:
Urea=500; ZA=1000; TSP=125; ZK=500; Dolomit=100; P.kandang=100 kg/tan.
f) 6 bulan
:
Urea=600; ZA=1200; TSP=150; ZK=600; Dolomit=120; P.kandang=120 kg/tan.
g) 7 bulan
:
Urea=700; ZA=1400; TSP=175; ZK=700; Dolomit=140; P.kandang=140 kg/tan.;
h) 8 bulan
:
Urea=800; ZA=1600; TSP=200; ZK=800; Dolomit=160; P.kandang=160 kg/tan.
i) >8 bulan
:
Urea >1000; ZA=2000; TSP=200; ZK=800; Dolomit=200; P.kandang=200 kg/tan.

  1. Pengairan dan Penyiraman
    Penyiraman jangan menggenangi batang akar. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan dan ditutup mulsa.
  2. Penjarangan Buah
    Pada tahun di mana pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah serta kualitas buah terjaga. Buah yang dibuang meliputi buah yang sakit, yang tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama terdapat dan sisakan hanya 2-3 buah.


7.
HAMA DAN PENYAKIT

7.1.
Hama
1. Kutu loncat (Diaphorina citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda.

Gejala: tunas keriting, tanaman mati.
P
engendalian: menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yang terserang.
2.
Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga.
Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa.
Pengendalian: menggunakan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).
3.
Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
Bagian yang diserang adalah daun muda.
Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok.
Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP)< Diazinon (Basazinon 45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.
4.
Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah.
Gejala: bercak keperakperakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun.
Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation (Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam 50 WP).
5)
Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
Bagian yang diserang adalah buah.
Gejala: lubang yang mengeluarkan getah.
Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisida
Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC)
yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.
6)
Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
Bagian yang diserang Helopeltis antonii.
Gejala: bercak coklat kehitaman dengan
pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis.
Pengendalian: semprotkan insektisida Fenitrotionmothion (Sumicidine 50 EC), Fenithion (Lebaycid), Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP).
7)
Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.) Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes.
Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua.
Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif Methomyl (Lannate 25 WP) dan Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian buang bagian yang diserang.
8)
Thrips (Scirtotfrips citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda.
Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis.
Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau Z-Propargite (Omite) pada masa bertunas.
9)
Kutu dompolon (Planococcus citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai buah.
Gejala: berkas berwarna kuning,
mengering dan buah gugur.
Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S), Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian cegah datangnya semut yang dapat memindahkan kutu.
10)
Lalat buah (Dacus sp.)
Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak.
Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.
Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC), Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dengan Feromon Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate.
11)
Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)
Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai.
Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur.
Pengendalian: gunakan pestisida Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation (Supracide 40 EC).
12)
Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)
Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah.
Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati.
Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).

7.2.
Penyakit
1. CVPD
Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang.
Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye.
Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik.
2.
Tristeza
Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen.
Gejala: lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat.
Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau Cascade.
3.
Woody gall (Vein Enation)
Penyebab: virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour Orange.
Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun.
Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan perhatikan sanitasi lingkungan.
4.
Blendok
Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau cabang.
Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas.
Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.
5.
Embun tepung
Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan tangkai muda.
Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda.
Pengendalian: gunakan fungisida Pyrazophos (Afugan) dan Bupirimate (Nimrot
25 EC).
6.
Kudis
Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah.
Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye.
Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).
7.
Busuk buah
Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah.
Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.
Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.
8.
Busuk akar dan pangkal batang
Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning.
Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering.
Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah.
9.
Buah gugur prematur
Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga
Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur.
Pengendalian: Fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol.
10.
Jamur upas
Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang.
Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas.
Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yang terinfeksi.
11.
Kanker
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah.
Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah
dengan diameter 3-5 mm.
Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida. Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daun
adalah dengan mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.


8.
P A N E N

8.1.
Ciri dan Umur Panen
Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36 minggu, tergantung jenis/varietasnya.
8.2.
Cara Panen
Buah dipetik dengan menggunakan gunting pangkas.
8.3.
Perkiraan Produksi
Rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah per tahun, kadang-kadang sampai 500 buah per tahun. Produksi jeruk di Indonesia sekitar 5,1 ton/ha masih di bawah produksi di negara subtropis yang dapat mencapai 40 ton/ha.

9.
PASCA PANEN

9.1.
Pengumpulan
Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan buah yang mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi dilakukan berdasarkan diameter dan berat buah yang biasanya terdiri atas 4 kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.
9.2.
Penyortiran dan Penggolongan
Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah disortasi/dipisahkan dari buah yang busuk. Kemudian buah jeruk digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya.
9.3.
Penyimpanan
Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-10 derajat C.
9.4.
Pengemasan
Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu tebal yang tidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus untuk ekspor. Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas tetapi buah tidak dapat bergerak. Wadah untuk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg.

10.
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.
Analisis Usaha Budidaya
Analisis budidaya jeruk manis (Jaffa) skala 1 hektar selama masa tanam 6 tahun di daerah Batu (Malang) tahun 1999.
1) Biaya produksi
a)
Sewa lahan 15 tahun @ Rp. 1.000.000,-
Rp. 15.000.000,-
b)
Bibit 400 tanaman @ Rp. 2.500,-
Rp. 100.000,-
c)
Pupuk kandang
- Tahun ke-1, 67 m3 @ Rp. 15.000,-
- Tahun ke-2, 83 m3 @ Rp. 15.000,-
- Tahun ke-3, 100 m3 @ Rp. 15.000,-
- Tahun ke-4, 125 m3 @ Rp. 15.000,-
- Tahun ke-5, 150 m3 @ Rp. 15.000,-
- Tahun ke-6, 175 m3 @ Rp. 15.000,-

Rp. 1.005.000,-
Rp. 1.245.000,-
Rp. 1.500.000,-
Rp. 1.875.000,-
Rp. 2.250.000,-
Rp. 2.625.000,-
d)
Pupuk Urea
- Tahun ke-1, 80 kg @ Rp. 1.410,-
- Tahun ke-2, 100 kg @ Rp. 1.410,-
- Tahun ke-3, 145 kg @ Rp. 1.410,-
- Tahun ke-4, 152 kg @ Rp. 1.410,-
- Tahun ke-5, 222 kg @ Rp. 1.410,-
- Tahun ke-6, 333 kg @ Rp. 1.410,-

Rp. 112.800,-
Rp. 141.000,-
Rp. 204.450,-
Rp. 214.320,-
Rp. 313.020,-
Rp. 469.530,-
e)
Pupuk SP 36
- Tahun ke-1, 65 kg @ Rp. 2.055,-
- Tahun ke-2, 85 kg @ Rp. 2.055,-
- Tahun ke-3, 100 kg @ Rp. 2.055,-
- Tahun ke-4, 100 kg @ Rp. 2.055,-
- Tahun ke-5, 111 kg @ Rp. 2.055,-
- Tahun ke-6, 166 kg @ Rp. 2.055,-

Rp. 133.575,-
Rp. 174.675,-
Rp. 205.500,-
Rp. 205.500,-
Rp. 228.105,-
Rp. 341.130,-
f)
Pupuk ZK
- Tahun ke-1, 26 kg @ Rp. 2.550,-
- Tahun ke-2, 50 kg @ Rp. 2.550,-
- Tahun ke-3, 73 kg @ Rp. 2.550,-
- Tahun ke-4, 152 kg @ Rp. 2.550,-
- Tahun ke-5, 333 kg @ Rp. 2.550,-
- Tahun ke-6, 500 kg @ Rp. 2.550,-

Rp. 66.300,-
Rp. 127.500,-
Rp. 186.150,-
Rp. 387.600,-
Rp. 849.150,-
Rp. 1.275.000,-
g)
Pupuk Daun
- Tahun ke-1: 3 liter @ Rp. 54.000,-
- Tahun ke-2: 6 liter @ Rp. 54.000,-
- Tahun ke-3: 8 liter @ Rp. 54.000,-
- Tahun ke-4: 10 liter @ Rp. 54.000,-
- Tahun ke-5: 10 liter @ Rp. 54.000,-
- Tahun ke-6: 10 liter @ Rp. 54.000,-

Rp. 162.000,-
Rp. 324.000,-
Rp. 432.000,-
Rp. 540.000,-
Rp. 540.000,-
Rp. 540.000,-
h)
Obat dan Pestisida (Antracol, Karathane,Nimrod, Dimecron, dll)
- Tahun ke-1:
- Tahun ke-2:
- Tahun ke-3:
- Tahun ke-4:
- Tahun ke-5:
- Tahun ke-6:

Rp. 3.000.000,-
Rp. 4.400.000,-
Rp. 4.840.000,-
Rp. 5.668.000,-
Rp. 8.400.000,-
Rp. 11.104.000,-
i)
Peralatan
- Cangkul 20 buah @ Rp. 15.000,-
- Sprayer 3 buah @ Rp. 300.000,-
- Gunting pangkas 5 bh @ Rp. 50.000,-

Rp. 300.000,-
Rp. 900.000,-
Rp. 250.000,-
j)
j. Tenaga kerja :
-
Tenaga tetap 1 or, Rp. 960.000,-/th
-
Pengolahan lahan
Tahun ke-1: 15 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-2-6: 40 HOK, Rp. 200.000/th
-
Buat lubang tanam: 70 HOK @ Rp.5.000
-
Penanaman: 30 HOK @ Rp. 5.000,-
-
Penyiangan: 20 HOK, Rp. 100.000/th
-
Pemupukan
Tahun ke-1-2: 30 HOK, Rp. 150.000,-/th
Tahun ke-3: 40 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-4: 50 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke 5: 65 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-6: 75 HOK @ Rp. 5.000,-
-
Pengendalaian HPT
Tahun ke-1: 24 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-2: 36 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-3: 48 HOK @ Rp. 5.000,-
-
Penyemprotan Hama
Tahun Ke-1: 50 Hok @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-2: 65 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-3: 60 HOK @ Rp. 5.000,-
-
Penyemprotan penyakit
Tahun ke-1: 20 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-2: 30 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-3: 30 HOK @ Rp. 5.000,-
-
Penyabutan batang
Tahun ke-2: 16 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-3: 20 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-4: 30 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-5: 50 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-6: 50 HOK @ Rp. 5.000,-
-
Pengairan
Tahun ke-1-3: 30 HOK, Rp. 150.000,-/th
Tahun ke-4-6: 40 HOK, Rp. 200.000,-/th
-
Pemangkasan
Tahun ke-2: 22 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-3: 30 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-4: 50 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-5: 60 HOK @ Rp. 5.000,-
Tahun ke-6: 60 HOK @ Rp. 5.000,-


Rp. 5.760.000,-

Rp. 75.000,-
Rp. 1.000.000,-
Rp. 350.000,-
Rp. 150.000,-
Rp. 600.000,-

Rp. 300.000,-
Rp. 200.000,-
Rp. 250.000,-
Rp. 325.000,-
Rp. 375.000,-

Rp. 120.000,-
Rp. 180.000,-
Rp. 240.000,-

Rp. 250.000,-
Rp. 325.000,-
Rp. 300.000,-

Rp. 100.000,-
Rp. 150.000,-
Rp. 150.000,-

Rp. 80.000,-
Rp. 100.000,-
Rp. 150.000,-
Rp. 250.000,-
Rp. 250.000,-

Rp. 450.000,-
Rp. 600.000,-

Rp. 110.000,-
Rp. 150.000,-
Rp. 250.000,-
Rp. 300.000,-
Rp. 300.000,-

Jumlah biaya produksi selama 6 tahun Rp. 86.825.305,-
2)
Pendapatan (mulai produksi tahun ke-3) a. Tahun ke-3: 1.665 kg @ Rp. 5.000,-/kg
b. Tahun ke-4: 4.995kg @ Rp. 5.000,-/kg
c. Tahun ke-5: 9.990 kg @ Rp. 5.000,-/kg
d. Tahun ke-6: 19.960 kg @ Rp. 5.000,-/kg
Jumlah pendapatan
Rp. 8.325.000,-
Rp. 24.975.000,-
Rp. 49.950.000,-
Rp. 99.800.000,-
Rp.183.050.000,-
3)
Keuntungan dalam 6 tahun
Keuntungan rata-rata per tahun
Rp. 96.224.695,-
Rp. 16.037449,17,-
4)
Parameter kelayakan usaha
1. B/C rasio

= 2,1

Catatan:
Dalam budidaya jeruk manis (Jaffa), tanaman mulai berproduksi pada tahun ke 3 dan keuntungan mulai didapat mulai tahun ke-4.
10.2.
Gambaran Peluang Agribisnis
Di luar negeri jeruk merupakan komoditi buah-buahan yang sangat penting dengan nilai ekonomi tinggi. Tendensi permintaan buah-buah internasional termasuk jeruk akan meningkat, selain itu diperkiraan permintaan pasar dalam negeri akan meningkat sebesar 10 % per tahun.
Konsumsi jeruk di Indonesia hanya 2,7 kg/orang/tahun, masih jauh dari konsumsi ideal sebesar 6,4 kg/orang/tahun. Dengan konsumsi ideal, diperlukan 1,3 juta ton jeruk/tahun, padahal produksi jeruk di tahun 1996 hanya 793.810 ton/tahun yang saat ini tidak bergerak banyak. Untuk itu masih diperlukan penambahan 50.129 ha kebun jeruk.
Prospek agribisnis jeruk di Indonesia semakin baik karena lahan pertanian untuk buah-buahan meliputi areal jutaan hektar dan potensi peningkatan produksi jeruk juga tinggi karena selama ini kebun jeruk umumnya diusahakan secara tradisional. Selain itu, jeruk merupakan komoditas buah-buahan yang harganya relatif stabil.

11.
STANDAR PRODUKSI

11.1.
Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.
11.2.
Diskripsi
Jeruk keprok adalah buah dari tanaman jeruk keprok (Citrus reticulata LOUR) yang berkulit mudah dikupas, dalam keadaan cukup tua, utuh segar dan bersih.
11.3.
Klasifikasi dan Standar Mutu
Jeruk keprok digolongkan dalam 4 (empat) ukuran yaitu kelas A, B, C dan D, berdasarkan berat tiap buah, yang masing-masing digolongkan dalam 2 (dua) jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II.
Kelas A: diameter ­ 7,1 cm atau ­ 151 gram/buah.
Kelas B: diameter 6,1–7,0 cm atau 101–150 gram/buah
Kelas C: diameter 5,1–6,0 cm atau 51–100 gram/buah
Kelas D: diameter 4,0–5,0 cm atau ­ 50 gram/buah
Adapun syarat mutu buah jeruk keprok adalah sebagai berikut :
1) Keasamaan sifat varietas: Seragam, cara uji organoleptik
2) Tingkat ketuaan: Tua, tidak terlalu matang, cara uji organoleptik
3) Kekerasan: Cukup keras, cara uji organoleptik
4) Ukuran: Kurang seragam, cara uji SP-SMP-309-1981
5) Kerusakan, % (jml/jml): maks 5-10, cara uji SP-SMP-310-1981
6) Kotoran: bebas, bebas, cara uji organoleptik
7) Busuk % (jml/jml): maks.1-2, cara uji SP-SMP-311-1981
11.4.
Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
a)
Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
b)
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.
c)
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
d)
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
e)
Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15 (minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.
11.5
Pengemasan
Buah jeruk dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.

12.
DAFTAR PUSTAKA

1.
AAK. 1992. Bertanam Pohon Buah-buahan 2. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta.
2.
Rahardi, Yovita H. Indriani & Haryono. 1999. Agribisnis Tanaman Buah. Penebar
Swadaya. Jakarta.
3.
Trubus no 340. 1998. Masih Diperlukan Penambahan 50.129 ha Kebun Jeruk.
4.
R. Bambang Soelarso, Ir. 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta.
5.
Bonus Trubus No. 345. 1998. Celah-celah Usaha Terpilih.

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

Budidaya cabai merah

I. SYARAT TUMBUH
Cabai pada umumnya dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) ± 2000 meter dari atas permukaan air laut (dpl) yang mempunyai iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Cabai besar akan lebih sesuai bila ditanam di daerah kering berhawa panas (± 30° C). Keadaan tanah yang ideal untuk tanaman cabe adalah yang subur, gembur, kaya akan bahan organik dan tidak mudah becek (menggenang),serta bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah (Rukmana, 1996)
II. TEKNIK BUDIDAYA
Teknik budidaya cabai merah meliputi persiapan dan pengolahan lahan, penyemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan pemanenan.
a. Persiapan dan pengolahan lahan Pada tahap persiapan lahan dibersihkan dari sisa tanaman atau perakaran tanaman sebelumnya, untuk kemudian diolah dan dikeringkan sampai beberapa hari (7 – 14 hari). Untuk selanjutnya dibuat bedeng-bedeng sebagai media tanam. Panjang bedeng sekitar 12 m, dengan lebar 110 cm – 120 cm, tinggi 40 cm -50 cm. Antara dua bedeng dibuat parit untuk memasukan dan mengalirkan air. Tahap berikutnya adalah pemberian pupuk kandang dan kapur pertanian yang dicampur dengan tanah bedengan secara merata sambil dibalikkan, kemudian dibiarkan diangin-anginkan selama ± 2 minggu.
b. Penyemaian Benih cabai disemaikan dengan menggunakan koker yang terbuat dari daun pisang atau polybag kecil ukuran 8 x 10 cm. Koker diisi dengan media semai merupakan campuran dari 20 liter tanah halus, 10 liter pupuk kandang matang halus ditambah dengan 85 gram NPK halus serta 75 gram Furadan. Untuk selanjutnya dimasukkan benih cabai yang telah direndam dahulu dalam air hangat selama 20 – 24 jam. Bibit cabe merah dapat dipindahkan ke lapangan pada umur 17 – 23 hari atau setelah tumbuh 4 helai daun. Dengan menggunakan jarak tanam 60 cm x 70 cm diperlukan benih cabai sebanyak ± 180 gram atau 18 kantong benih kemasan 10 gram. Berbagai macam varietas cabai merah banyak tersedia di toko saprotan. Disamping cabai lokal terdapat juga cabai hibrida yang mempunyai produksi yang tinggi dengan kualitas yang baik jika dibanding dengan cabai lokal. Disamping produksi yang tinggi, jenis hibrida mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap hama penyakit tanaman, mempunyai keseragaman tanaman. Pemilihan jenis cabai yang akan diusahakan perlu dipertimbangkan dengan masalah pasar, kualitas, produksi dan lain-lain. Sebagai contoh dapat digambarkan bahwa jenis cabai merah TM 88 merupakan salah satu jenis cabai yang banyak diminati, karena disamping mempunyai kualitas relatif lebih awet jenis ini juga sangat disukai oleh restoran–restoran khususnya rumah makan sunda karena jenis ini mempunyai kulit buah yang tidak liat sehingga sangat mudah diuleg.
c. Pemasangan Mulsa Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) merupakan salah satu teknologi baru agribisnis cabai, sebagai bentuk terobosan baru dalam upaya peningkatan produktivitas cabai. Penggunaan mulsa plastik dapat mengurangi tumbuhnya gulma, warna perak di bagian permukaan dapat memantulkan sinar matahari sehingga dapat mengurangi beberapa jenis hama, menjaga kelembaban tanah dan mengurangi pekerjaan penyiangan dan pemupukan. Sebelum dilakukan pemasangan mulsa, bedengan dipupuk dahulu dengan pupuk buatan secara merata , diaduk dan disiram agar pupuk larut ke lapisan tanah. Setelah itu tanah dibiarkan dulu selama kurang lebih 5 hari agar pupuk tidak meracuni tanaman. Pemasangan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca panas agar dapat menutup rapat bedengan.
d. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman cabai merah mencakup kegitan penyiraman, pemasangan ajir bambu, pemupukan susulan dan perempelan tunas-tunas baru dan bunga pertama. Penyiraman dilakukan pada tanaman muda yang baru ditanam sampai tanaman kuat. Penyiraman dapat dilakukan setiap hari. Untuk selanjutnya dapat dilakukan 3 hari sekali dengan melihat kondisi lahan. Jika tersedia saluran air, penyiraman dapat dilakukan dengan mengalirkan atau memasukkan air hingga batas mulsa kemudian air dialirkan lagi keluar areal tanaman. Pemasangan ajir bambu diperlukan untuk memperkuat tegaknya tanaman cabai terutama setelah berkembangnya tanaman dan mulai berbuah. Ajir bambu dipasang setelah tanaman berumur sekitar 1 bulan. Pemupukan susulan dapat dilakukan setelah cabai berumur 50 hari. Hal ini dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah, serta untuk memperbaiki pertumbuhan yang kurang memuaskan. Perempelan tunas perlu dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan kuat dan kokoh. Tunas yang tumbuh dibuang untuk merangsang pertumbuhan cabang yang dapat menghasilkan buah yang lebat. Hal ini dapat dilakukan hingga tanaman berumur 20 hari. Perempelan perlu dilakukan terhadap bunga pertama.
e. Penanaman Penanaman cabai di lapangan dapat dilakukan setelah bibit cabai merah berumur 17 hari – 23 hari atau bibit telah dilengkapi dengan tumbuhnya 4 helai daun. Sebelum dipindahkan ke media tanam koker direndam dahulu dalam larutan fungisida atau bakterisida dengan dosis 0,5 gram – 1,0 gram per liter air selama 15 menit. Setelah cukup kering bibit dapat ditanam dalam lubang tanam yang telah disiapkan. Bibit cabai sebaiknya ditanam pada waktu pagi atau sore hari sehingga bibit dapat dipertahankan kesegarannya.
Copyright © 2001 Lembaga Sumberdaya Informasi IPB.
Saran dan pertanyaan mohon disampaikan ke lsi@ipb.ac.id.

Selasa, 11 Agustus 2009

BUDIDAYA STRAWBERRY

PENDAHULUAN
Prospek agribisnis strowberry di Indonesia cukup cerah dilihat dari daya serap pasar dan permintaan dunia dari tahun ke tahun meningkat.
Dengan semangat ramah lingkungan PT. Natural Nusantara berperan dalam meningkatkan Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian terhadap lingkungan pada budidaya strowberi ini.

SYARAT PERTUMBUHAN Lama penyinaran matahari 8 - 10 jam hari. Curah hujan berkisar 600 700 mm pertahun. Suhu udara optimum antara 17°C - 20°C dan suhu udara minimum antara 4°C - 5°C dengan kelembaban udara 80% - 90%.Ketinggian tempat yang ideal antara 1000-2000 m dpl

PENGOLAHAN LAHAN Sebelum lahan dibajak digenangi air lebih dahulu semalam. Keesokan harinya dilakukan pembajakan sedalam sekitar 30 cm, setelah itu tanah dilakukan pengeringan baru dihaluskan.

PEMBENTUKAN BEDENGAN Bentuk bedengan dengan ukuran lebar 80-120 cm, tinggi 30 - 40 cm, jarak antar bedengan 60 cm, panjang menyesuaikan keadaan lahan.

PENGAPURAN Berikan dolomit sekitar 100-200 kg per 1000 m2 sesuai kondisi lahan.

PEMUPUKAN DASAR Taburkan pupuk UREA 20 kg + TSP 25 kg + KCl 10 kg dan Pupuk kandang 2-3 ton dalam 1000 m2. POC NASA disiramkan 30-60 tutup/1000 m2 ditambahkan air secukupnya. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, POC NASA diganti SUPERNASA caranya yaitu 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter sebagai larutan induk, kemudian ambil 50 liter air dan tambahkan 200 cc larutan induk tadi.Setelah itu siramkan ke bedengan secara merata. 1 botol SUPERNASA bisa untuk 1000-2000 m2

PEMBERIAN NATURAL GLIO Untuk mencegah serangan penyakit karena jamur utamanya penyakit layu tebarkan Natural GLIO yang telah dicampur dengan pupuk kandang dan didiamkan selama seminggu. 1 kemasan Natural GLIO dicampur dengan 25-30 kg pupuk kandang untuk luasan sekitar 1000 m2.

PEMASANGAN MULSA Pemasangan mulsa plastik pada saat matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga dapat tepat menutup bedengan dengan tepat.

PEMBUATAN LUBANG TANAM Diameter lubang ± 10 cm, dengan jarak lubang 30 - 50 cm. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segi empat.

CARA PENANAMAN Pindahkan bibit beserta medianya, sebaiknya bibit dikondisikan selama sebulan sebelum tanam di kebun,dan saat penanaman usahakan perakaran tidak rusak saat membuka polibag.

PENYULAMAN Penyulaman paling lambat 15-30 hari setelah tanam, pada sore hari dan segera disiram.

PENYIANGAN Penyiangan dilakukan pada gulma/ rumput liar yang menyaingi kehidupan tanaman

PEMANGKASAN Dilakukan pada sulur yang kurang produktif, rimbun, serta pada bunga pertama untuk memperoleh buah yang prima.

PEMUPUKAN SUSULAN Pupuk diberikan pada umur 1,5 - 2 bulan setelah tanam dengan NPK (16-16-16) sebanyak 5 kg yang dilarutkan dalam 200 liter air, kemudian dikocorkan sebanyak 350-500 cc/ tanaman.

PENGGUNAAN POC NASA + HORMONIK Semprotkan (3-4 tutup POC NASA) + (1-2 tutup HORMONIK) per-tangki 14 liter setelah 2 bulan dengan interval 7-10 hari sekali.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKITH A M A
a. Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)
Bagian yang diserang : permukaan daun bagian bawah, kuncup bunga, pucuk atau batang muda. Gejala : pucuk atau daun keriput, keriting, kadang-kadang pembentukan daun atau buah terhambat. Pencegahan gunakan PENTANA + AERO 810 atau Natural BVR.

b. TUNGAU (Tetranychus sp -Tarsonemus sp)
Bagian yang diserang: daun,tangkai, dan buah. Gejala :daun bercak kuning, coklat, keriting akhirnya daun rontok. Pencegahan PENTANA + AERO 810 atau NATURAL BVR.

c. Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek akar (Othiorhychus rugosostriatus), kumbang penggerek batang (O. Sulcatus)
Gejala serangan : adanya bubuk berupa tepung pada bagian yang digereknya. Pencegahan semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 secara bergantian.

PENYAKIT
a. Layu verticillium (Verticillium dahliae)
Bagian yang diserang: mulai dari akar, daun, hingga tanaman. Gejala : daun yang terinfeksi mula-mula berwarna kuning hingga kecoklatan, serangan berat akan mengakibatkan kematian pada tanaman. Pengendalian : perbaikan drainase, sanitasi kebun, gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

b. Busuk buah matang/Ripe Fruit Rot (Colletotrichum fragariae Brook) Busuk Rhizopus/ Rhizopus spot ( Rhizopus stolonifer )
Bagian yang diserang : buah. Gejala : RFR yang khas hanya pada buah yang masak saja dengan buah busuk disertai massa spora berwarna merah jambu. Pada RS, buah busuk lunak, berair, bila dipijit keluar cairan keruh.
Pengendalian : musnahkan buah yang terinfeksi, perbaiki drainase kebun, pemulsaan, rotasi tanaman, gunakan Natural GLIO pada awal penanaman yang dicampur dengan pupuk kandang yang telah jadi.

c. Busuk akar ( Idriella lunata, Pythium ulmatum, Rhizoctonia solani)
Bagian yang diserang : akar tanaman. Gejala : Idriella menyebabkan ujung-ujung akar tanaman berwarna hitam dan busuk, sedangkanPhytium mengakibatkan batang batas akar di permukaan tanah busuk berwarna coklat hingga hitam. Sementara jamur Rhizoctonia mengakibatkan sistem perakaran busuk kebasah-basahan.
Pengendalian : cabut dan musnahkan tanaman yang terserang berat, tambahkan kapur untuk tanah, lakukan rotasi tanaman, perbaikan drainase tanaman, berikan Natural GLIO pada awal penanaman.

d. Empulur merah (Phytophtora fragrariae)
Bagian yang diserang : perakaran tanaman. Gejala : tanaman kerdil, daun tudak segar bahkan dapat layu, bila diamati akar dan pangkal batang yang terinfeksi pada empulurnya akan tampak berwarna merah.Penyakit ini mengakibatkan serangan hebat pada kondisi drainase jelek dan masam/pH rendah.
Pengendalian : perbaiki drainase, pengapuran tanah, rotasi tanaman, gunakan bibit yang sehat dan hindari luka mekanis pada pemeliharaan, musnahkan tanaman yang terinfeksi berat, campurkan Natural GLIO pada awal penanaman.
Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

PANEN
Tanaman stroberi mulai berbunga pada umur 2 bulan setelah tanam. Namun pembuahan atau pembungaan pertama sebaiknya dibuang atau dipangkas karena belum bisa berproduksi secara optimum. Setelah tanaman berumur 4 bulan mulai diarahkan untuk lebih produktif berbunga dan berbuah.Panen dilakukan dengan dipetik atau digunting bagian tangkai buah beserta kelopaknya, dan dilakukan secara periodik dua kali seminggu.