Rabu, 11 Agustus 2010

Selayang Pandang

Selamat datang di TokoPertanian "Barokah"

Kami adalah salah satu toko pertanian di Kecamatan Sukosari, Kab. Bondowoso yang menyediakan semua kebutuhan dalam bisnis pertanian anda. Nantikan kedatangan kami, karena sistem pelayanan kami beda dari yang lain, selalu update dan mengutamakan barang yang berkualitas, kecepatan transaksi dan pelayanan yang memuaskan kepada konsumen kami serta harga yang sangat kompetitif.

Jangan lewatkan penawaran terbaik kami di Produk Diskon, dan jadilah orang pertama yang me-review produk-produk kami.

Salam,
Toko Pertanian "Barokah"
M. Masyhudi
Sukosari-Bondowoso
11 Agustus 2010

Minggu, 04 Juli 2010

Produk Jagung Hibrida PT BISI


BISI® 2


  • Pertumbuhan tanamannya tegak, seragam dan tahan roboh.
  • Toleran terhadap serangan penyakit bulai, karat daun dan bercak daun.
  • Dapat menghasilkan 2 tongkol yang sama besarnya.
  • Jarak tanam dan pemupukan yang tidak sesuai anjuran akan mempengaruhi keluarnya 2 tongkol.
  • Rendemennya sangat tinggi yaitu 83 %, karena mempunyai ukuran janggel kecil, dengan ukuran tongkol besar dan silindris.
  • Tongkol jagung tertutup rapat, sehingga busuk buah berkurang.
  • Potensi hasil rata-rata 9 - 13 ton pipil kering per hektar.
  • Dapat dipanen pada umur ± 103 hari setelah tanam.
  • Populasi tanaman sekitar 62.000 per ha.
  • Kebutuhan benih ± 15 kg/ha. 
  •  
  •  BISI® 7



    • Tanaman tegak dan kokoh
    • Daun erect, lebih efisien dalam pemanfaatan cahaya matahari
    • Tongkol besar dan terisi penuh
    • Potensi hasil 10,4 ton/ha pipil kering
    • Tahan penyakit bulai, karat daun
    • Umur panen ± 97 hari setelah tanam.
    •  
    • BISI® 8



      • Pertumbuhan tanaman kuat dan seragam.
      • Toleran terhadap serangan penyakit bulai, karat daun dan bercak daun.
      • Dapat dipanen mulai umur ± 97 hari setelah pindah tanam.
      • Produksi rata-rata 8 ton dengan potensi hasil mencapai 11 ton pipil kering tiap hektar.
      •  
      •  
      • F1 BISI® 9



      • Pertumbuhan tanaman kokoh dan seragam.
      • Toleran terhadap serangan penyakit bulai, karat daun dan bercak daun.
      • Dapat dipanen mulai umur ± 99 hari setelah pindah tanam.
      • Produksi rata-rata 7,7 ton dengan potensi hasil mencapai 12,6 ton pipil kering tiap hektar.
      • BISI® 10



        • Pertumbuhan tanaman kokoh dan seragam.
        • Toleran terhadap serangan penyakit bulai, karat daun dan bercak daun.
        • Dapat dipanen mulai umur ± 100 hari setelah pindah tanam.
        • Potensi hasil mencapai ± 11,8 ton pipil kering tiap hektar.

Kamis, 01 Juli 2010

Budidaya Bawang Merah

Bawang merah (Allium cepa) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Agar sukses budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang menyebabkan produksi menurun. Memperhatikan hal tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu penyelesaian permasalahan tersebut. Salah satunya dengan peningkatan produksi bawang merah secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K - 3 ), sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era perdagangan bebas.

A. PRA TANAM
1. Syarat Tumbuh
Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70 %, suhu 25-320 C

2. Pengolahan Tanah
Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2
Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm
Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.
Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan. '

3. Pupuk Dasar
Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah.
Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.

Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 10 botol/1000 m2 dengan cara :
- alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan Super Nasa untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
Biarkan selama 5 - 7 hari

4. Pemilihan Bibit
- Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.
- Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)
- Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)

B. FASE TANAM
1. Jarak Tanam
Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron

2. Cara Tanam
Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air )
Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA
Simpan selama 2 hari sebelum tanam
Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.

C. AWAL PERTUMBUHAN ( 0 - 10 HST )
1. Pengamatan Hama
Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas.

Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan VIREXI.

Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA.
Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO.

2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang

Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut melem).

3. Pemupukan pemeliharaan/susulan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.

Pemupukan dilakukan 2 kali
( dosis per 1000 m2 ) :
- 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
- 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya.
Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.

4. Pengairan
Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %
Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah
Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman

D. FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST )
1. Pengamatan Hama dan Penyakit
Hama Ulat bawang, S. litura dan S. exigua
Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan BVR atau PESTONA.

Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan penebaran GLIO.

Penyakit Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan GLIO

Penyakit oleh virus.
- Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.

Busuk umbi oleh bakteri.
- Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.
- Busuk umbi/ leher batang oleh jamur.
- Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase).
- Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan. PESTISIDA Kimia digunakan sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.

2. Pengelolaan Tanaman
- Penyiangan kedua dilakukan pada umur
30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.

- Penyemprotan POC NASA dengan dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki (dicampurkan dengan NASA).
- Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.

E. PEMBENTUKAN UMBI ( 36 - 50HST )
Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.

F. PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 HST )
Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.

G. PANEN DAN PACA PANEN
1. Panen
> 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 - 90 hari.
> Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
> Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)

2. Pasca Panen
- Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.
- Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.

Produk Padi Hibrida PT BISI


INTANI® 1

Golongan
Umur Tanaman
Bentuk Tanaman
Tinggi Tanaman
Anakan Produktif
Posisi Daun Bendera
Jumlah Gabah per Malai
Seed Set
Bentuk Gabah
Bobot per 1000 butir Gabah
Tekstur Nasi
Aroma Nasi
Kadar Amilosa
Rata-rata Hasil
Potensi Hasil
Cere
115 hari
Tegak
95.5 cm
14 batang
Tegak
207 butir
76,42%
Silinder
23,6 gram
Pulen
Sedang
25,57
8,5 ton/ha
11,1 ton/ha
SK MENTERI No. 645/Kpts/TP.240/12/2001


F1 INTANI® 2



  • Potensi hasil : 9,9 ton/ha gabah kering giling.
  • Rata-rata hasil 8,4 ton/ha.
  • Umur panen 108-116 hari setelah semai.
  • Tekstur nasi : pulen, wangi (aromatik).
  • Tinggi tanaman ± 96 cm.

Hama Penyakit Tanaman Padi

HamaPenggerek batang padi 
- stem borer
Wereng coklat - brown planthopper
Wereng hijau - green leafhopper
Kepinding tanah - black bug
Walang sangit - rice bug
Tikus - rat
Ganjur - gall midge
Hama putih palsu - leaffolder
Hama putih - caseworm
Ulat tentara/grayak - armyworm
Ulat tanduk hijau - green horned caterpillar
Ulat jengkal-palsu hijau - green semilooper
Orong-orong - mole cricket
Lalat bibit - rice whorl maggot
Keong mas - golden apple snail

Burung - bird
Penyakit
Hawar daun bakteri - bacterial leaf blight
Bakteri daun bergaris - bacterial leaf streak
Blas - blast
Hawar pelepah daun - sheath blight
Busuk batang - stem rot
Busuk pelepah daun bendera - sheath rot
Bercak coklat - brown spot
Bercak Cercospora - narrow brown leaf spot
Hawar daun jingga - red stripe
Tungro - tungro
Kerdil rumput - grassy stunt
Kerdil hampa - ragged stunt
Hara
Kahat nitrogen - nitrogen deficiency
Kahat fosfor - phosphorus deficiency
Kahat kalium - potassium deficiency
Kahat belerang - sulfur deficiency
Kahat seng - zinc deficiency
Keracunan besi - iron toxicity
Kerja sama
• Puslitbang Tanaman Pangan • BPTP SUMUT • BPTP Riau
• BPTP Lampung • BPTP DKI • BPTP DIY • BPTP SULTRA
• BPTP KALBAR • IRRI
hama
penyakit
hara
pada padi
masalah lapang